Senyawa
Organologam dan Reaksinya
1. Senyawa
Organologam
Cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang ikatan
antara senyawa organic (mengandung atom Carbon) dan anorganik (logam) yaitu
organologam. Organologam sangat erat kaitannya dengan logam-logam yang terikat dengan
Carbon. Tetapi perlu diketahui bahwa senyawa organologam sangat kompleks
susunannya. Senyawa
organologam merupakan senyawa yang terbentuk dari atom logam dan gugus organik
dimana atom-atom karbon dari gugus organiknya terikat pada atom logam. Sifat
senyawa organologam yang umum ialah atom karbon yang lebih elektronegatif
daripada kebanyakan logamnya. Senyawa kompleks logam (biasanya logam-logam
transisi) merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih ikatan logam-karbon.
Senyawa ini terdiri dari atom pusat dan ligan (Blaser et al , 2000)
Reaksi yang terjadi pada senyawa organologam bisa
dibilang sangat kompleks Karena melibatkan reaksi-reaksi ligan organik dan
bagaimana ligan tersebut berikatan dengan atom logam. Aplikasi senyawa
organologam yang mungkin paling menonjol adalah sebagai katalis. Sebagai contoh
apabila kita memiliki senyawa organik A dan B, dimana kita berkeinginan untuk
menggabungkan rantai karbon milik A dan B. Agar kedua senyawa tersebut dapat
bergabung maka dibutuhkanlah suatu katalis organologam
dimana dia akan melakukan berbagai macam reaksi sampai senyawa A dan B bisa
bergabung dan katalis itu sendiri akan melepaskan diri.
Senyawa organologam adalah senyawa di mana atom-atom
karbon dari gugus organik terikat kepada atom logam. Contoh, suatu aloksida
seperti (C3H7O)4Ti tidaklah dianggap sebagai
suatu senyawa organologam karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui
oksigen, sedangkan C6H5Ti(OC3H7)3 karena
terdapat satu ikatan langsung antara karbon C dari gugus fenil dengan logam
Ti.HH Istilah organologam biasanya didefenisikan agak longgar, dan senyawaan
dari unsur-unsur seperti Boron, fosfor, dan silikon semuanya mirip logam. Tetapi
untuk senyawa yang mengandung ikatan antara atom logam dengan oksigen,
belerang, nitrogen, ataupun dengan suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa
organologam. Dari bentuk ikatan pada senyawa organologam, senyawa ini dapat
dikatakan sebagai jembatan antara kimia organik dan anorganik.
Sifat senyawa organologam yang umum ialah atom karbon
yang lebih elektronegatif daripada kebanyakan logamnya. Senyawa komplek logam
(biasanya logam-logam transisi) merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih
ikatan logam-karbon. Senyawa organologam terdiri dari atom pusat dan ligan.
Terdapat
beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan
organologam:
a.
Senyawaan
ionik dari logam elektropositif
Garam logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh
delokalisasi elektron lebih stabil walaupun masih relatif reaktif. Adapun
contoh gugus organik dalam garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C-Na+ dan
(C5H5)2Ca2+.
b.
Senyawaan yang memiliki ikatan -σ
(sigma)
Senyawaan organologam dimana sisa organiknya
terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan yang digolongkan sebagai
ikatan kovalen (walaupun masih ada karakter-karakter ionik dari senyawaan ini)
yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan yang relatif
lebih rendah dari golongan pertama di atas,
Pada
dasarnya Organologam prinsipnya yaitu atom-atom Karbon dari gugus organik
terikat kepada atom logam. Konsep ini yang mendasari Organologam, sehingga
banyak cara untuk menghasilkan ikatan-ikatan logam pada Carbon yang berguna
bagi kedua logam transisi dan non-transisi. Beberapa yang lebih penting adalah
sebagai berikut:
1. Reaksi Logam
langsung ; sintesis yang paling awal oleh ahli kimia Inggris,
Frankland dalam tahun 1845 adalah interaksi antara Zn dan suatu alkil
Halida. Adapun yang lebih berguna adalah penemuan ahli kimia Perancis, Grignard
yang dikenal sebagai pereaksi Grignard. Contohnya interaksi Magnesium dan alkil
atau aril Halida dalam eter:
Mg + CH3I
→ CH3MgI
Interaksi langsung
alkil atau aril Halida juga terjadi dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
2. Penggunaan zat
pengalkilasi. Senyawa ini dimanfaatkan untuk membuat senyawa organologam
lainnya. Kebanyakan Halida nonlogam dan logam atau turunan Halida dapat
dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbon, misalnya :
PCl3 +
3C6H5MgCl → P(C6H5)3 +
3MgCl2
VOCl3 +
3(CH3)3SiCH2MgCl → VO(CH2SiMe3)3 +
3MgCl2
3. Interaksi Hidrida Logam atau
nonlogam dengan alkena atau alkuna.
4. Reaksi Oksidatif adisi. Reaksi
yang dikenal sebagai reaksi Oksa dimana Alkil atau Aril Halida ditambahkan pada
senyawa logam transisi Koordinasi tidak jenuh menghasilkan ikatan logam Karbon.
Contohnya:
RhCl(PPh3)3 +
CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5. Reaksi Insersi yaitu reaksi yang
menghasilkan ikatan-ikatan dengan Karbon, sebagai contoh:
SbCl5 +
2HC CH→Cl3Sb(CH=CHCl)2
Reaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste
Victor Grignard (1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi
pembentukan metil magnesium iodida, reagen Grignard, dari reaksi antara alkil
halida (metil iodida dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dalam dietil eter
kering.
CH3I
+ Mg –> CH3MgI
Anda pasti melihat bahwa magnisium terikat langsung
dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard
dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan
C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan karbanion seperti CH3-
setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom
karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida
atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang
elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan
adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol
tersier dari keton setelah hidrolisis.
C6H5CHO
+ CH3MgI –> C6H5CH(CH3)OMgI
Reaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa organologam. Karena
berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat
disintesis dengan bantuan reaksi Grignard.
2. Reaksi Organologam
1. Insertion Reaction
Reaksi
penyisipan merupakan suatu reaksi yang menyisipkan suatu molekul kedalam suatu
senyawa organologam. Molekul yang menyisip kedalam senyawa organologam ini
dapat bertindak sebagai 1,1 insertion dan 1,2
insertion, kedua hal ini merupakan suatu acuan bagaimana molekul ini
menyisipkan dirinya diantara logam dan ligan senyawa organologam yaitu
apakah menggunakan satu atom untuk mengikat logam dan ligan (1,1 insertion)
atau molekul tersebut mempunyai dua atom yang satu mengikat logam sedangkan
atom lain mengikat ligan (1,2 insertion). Contoh reaksi insertion dapat
ditunjukan dari siklus reaksi dibawah ini (reaksi penyisipan di dalam kotak).
Pada reaksi diatas dapat dijelaskan bahwa senyawa HNi(CO)2Cl direaksikan dengan senyawa RCH=CH2 maka senyawa RCH=CH2 akan menyisip diantara logam dengan atom H. Reaksi ini merupakan 1,2 insertion, dimana ada dua atom C pada senyawa ini, satu atom C mengikat logam Ni dan atom C yang lain mengikat H, akibatnya ikatan rangkap pada molekul RCH=CH2 berubah menjadi tunggal karena elektronnya dipakai untuk mengikat logam dan atom H.
2. Carbonyl Insertion (Alkyl Migration)
Reaksi
penyisipan karbonil pada dasarnya sama seperti penyisipan biasanya (1,1
insertion dan 1,2 insertion), tetapi yang membedakan
disini adalah yang masuk diantara logam dan ligan adalah molekul karbonil (CO).
Mekanisme reaksi dari penyisipan karbonil diusulkan ada tiga, yaitu penyisipan
secara langsung, migrasi karbonil, dan migrasi alkil. Dari ketiga usulan mekanisme
reaksi ini, dilakukan pengujian melalui eksperimental. Hasilnya mekanisme
penyisipan karbonil yang diterima atau sesuai hasil pengujian adalah migrasi
alkil. Jadi alkil bermigrasi dan terikat pada karbonil, tempat yang
ditinggalkan alkil tadi ditempati karbonil dari luar. Contoh dari penyisipan
karbonil diberikan pada siklus reaksi dibawah ini (dalam kotak):
Dari kedua
gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa reaksi penyisipan karbonil seperti
dijelaskan pada pengantar singkat reaksi penyisipan karbonil diatas, mekanisme
reaksinya adalah migrasi alkil. Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa CH2CH2R
bermigrasi ke CO, tempat kosong pada logam yang ditinggalkan alkil tersebut
selanjutnya diisi oleh CO dari luar.
Bernardi,
F., Bottoni, A., Nicastro, N., and Rossi, I., 2000, Theoretical Study of
the Mechanism of Carbonyl Insertion Reactions Catalyzed by Nickel
Complexes, Organometallic 19: 2170-2178
3. Hydride Elimination
Reaksi
eliminasi hidrida ini yang sering ditemui adalah reaksi β-elimination yang
merupakan suatu reaksi transfer atom H pada suatu ligan alkil (pada ligan
posisi β terhadap logam) ke logam. Reaksi ini dapat menyebabkan meningkatnya
bilangan oksidasi dan bilangan koordinasi dari logam. Proses transfer atom H
pada alkil posisi β ini terjadi apabila posisi logam, carbon α, karbon β, dan
hidrida koplanar. Contoh reaksi ini adalah pada siklus Wacker. Pada siklus ini
terdapat reaksi β-hibrid-eliminasi (dalam kotak).
Pada
reaksi diatas dinamakan reaksi β-hidrid-eliminasi karena pada molekul
A, atom H yang terikat pada atom O (pada gugus OH posisi β terhadap
logam), ditransfer menuju ke logam Pd. Pada contoh reaksi ini ternyata
reaksi β-hidrid-eliminasi tidak hanya atom H milik alkil posisi β, tetapi dapat
juga dari atom H dari gugus hidroksil (OH) pada posisi β. Atom H yang
ditransfer ke logam Pd menyebabkan bilangan koordinasi logam Pd bertambah dari
dua menjadi tiga. Hasil akhir dari reaksi ini adalah terbentuknya molekul B.
4. Abstraction Reaction
Reaksi
abstraksi merupakan suatu reaksi eliminasi ligan yang tidak akan merubah
bilangan koordinasi logam. Reaksi ini berkaitan dengan pembuangan substituent
pada ligan dengan posisi karbon α dan β terhadap logam. Pembuangan substituent
pada ligan ini dapat terjadi karena pengaruh suatu reagen eksternal. Contoh dari
reaksi ini adalah:
Pada
reaksi diatas (dalam kotak) disebut sebagai reaksi abstraksi dikarenakan
terjadi pembuangan substituent yaitu atom H pada ligan η4-5-exo-RC5H5 (tetrahapto)
yang disebabkan oleh reagen Ph3CPF6. Dari hasil
pembuangan atom H ini, maka ligan η4-5-exo-RC5H5 berubah
menjadi η5-RC5H4. Bilangan koordinasi logam
pada reaksi ini tidak berubah, tetapi bilangan oksidasi logam Fe berubah dari
Fe(0) menjadi Fe(II).
Oke
sekian dulu artikel tentan reaksi organologam ini, semoga bisa membantu
teman-teman yang menggeluti kimia organologam.
Terimakasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar